Tampilkan postingan dengan label Tentang Hidroponik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Hidroponik. Tampilkan semua postingan

31/01/17

Teknik Hidroponik

Hidroponik memiliki beberapa macam teknik bercocok tanam, antara lain Wick atau teknik sumbu, Deep Water Culture (DWC), Ebb and Flow, Nutrient Film Technique (NFT), Irigasi Tetes, dan Aeroponik.

Teknik sumbu atau Wick merupakan teknik paling sederhana. Hanya memerlukan pot tempat tanaman tumbuh, wadah penampung nutrisi, media tanam dan sepotong kecil kain sebagai.

Konsep hidroponik sumbu adalah memberi nutrisi kepada tanaman secara kontinyu setiap saat. Supaya media tanam tidak basah terendam cairan nutrisi, maka nutrisi disimpan pada wadah terpisah. Sumbu digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan nutrisi dari wadah ke media tanam.



Teknik selanjutnya adalah Deep Water Culture (DWC). Sebenarnya tidak beda jauh dengan sistem sumbu, kecuali tidak menggunakan sumbu lagi. Pada teknik ini beberapa pot tanaman diletakkan pada satu kontainer, dan bagian dasar pot menyentuh permukaan larutan nutrisi, sehingga sejak awal sebagian akar tanaman langsung bersentuhan dengan nutrisi.

Teknik DWC cocok diterapkan dilahan dengan temperatur siang tinggi atau daerah yang memiliki perbedaan suhu siang dan malam signifikan. Volume nutrisi yang cukup besar berfungsi sebagai buffer dari pengaruh perubahan suhu lingkungan terhadap akar.

Untuk menjaga kadar oksigen terlarut dalam nutrisi supaya tetap stabil, perlu ditambahkan pompa udara/aerator.


Selanjutnya adalah NFT atau Nutrient Film Technique. NFT menggunakan gully panjang untuk menampung beberapa pot sekaligus. Nutrisi dipompa dari tandon terus menerus selama 24 jam sehari, mengalir tipis di dalam gully, menyapu akar tanaman, kemudian kembali lagi ke dalam tandon. Resikonya, ketika aliran listrik PLN terputus dan pompa berhenti bekerja, supply nutrisi juga terhenti, gully menjadi kering. Kalau terlambat diantisipasi, kemungkinan besar tanaman akan mengalami dehidrasi.


NFT merupakan teknik favorit bagi kebun komersial, karena memberi hasil panen lebih baik dibanding sistem Wick atau DWC.

Teknik lain yang juga banyak digunakan di kebun komersial adalah irigasi tetes. Teknik ini biasanya diaplikasikan di lahan luas untuk tanaman tinggi seperti tomat, cabe atau melon.


Hidroponik tetes sebenarnya merupakan modifikasi dari teknik tetes pada kultur tanah. Nutrisi dipompa dalam interval tertentu melalui selang distribusi ke seluruh area tanam. Pada masing-masing ujung selang terdapat alat pengatur aliran nutrisi, ditancapkan disekitar akar setiap tanaman. Nutrisi tidak mengalir, namun menetes dengan kecepatan yang diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Ada dua macam irigasi tetes, yaitu sistem sirkulasi, dimana nutrisi yang tidak terserap tanaman mengalir kembali ke dalam tandon, dan sistem terbuka, nutrisi yang tidak diserap dibiarkan terbuang.

Secara ekonomis sistem sirkulasi lebih hemat nutrisi, namun sistem terbuka menurut saya lebih bagus, karena tanaman selalu mendapat nutrisi dengan kandungan unsur hara benar-benar sesuai dengan rasio yang dibutuhkan tanaman.

Disamping teknik baku seperti yang saya uraikan sebelumnya, terdapat beberapa teknik terapan yang merupakan modifikasi dari teknik baku, diantaranya teknik Rakit Apung dan Deep Flow Technique (DFT).

Teknik Rakit Apung merupakan modifikasi dari Deep Water Culture. Bak modul diubah menjadi kolam luas, penutup bak dibuat mengapung sehingga bisa didorong.

Teknik ini cocok diterapkan pada industri besar. Satu papan apung menampung populasi tanaman dengan umur sama. Papan berikutnya, yang memuat tanaman umur satu hari lebih muda, di letakkan di belakang papan pertama. Begitu seterusnya, masing-masing papan dengan umur tanaman berbeda di letakkan berurutan di kolam, sehingga dalam satu siklus tanam, panen bisa dilakukan setiap hari.

Karena papan apung dapat didorong, maka setiap ada tanaman baru masuk modul, papan apung yang diletakkan lebih awal cukup didorong lebih ketengah, dan posisi semula digantkan oleh papan apung baru.   

Contoh sistem rakit apung bisa dilihat melalui link berikut ini: HIDROPONIK RAKIT APUNG

Di kalangan praktisi hobby juga terdapat teknik modifikasi, tekniknya biasa disebut DFT atau Deep Flow Technique. Teknik ini merupakan modifikasi NFT dan DWC. Ujung pipa pada bagian keluaran ditinggikan supaya di dalam gully terdapat sedikit genangan nutrisi, sehingga pada saat pompa mati masih tersedia cadangan nutrisi agar tanaman bisa bertahan segar lebih lama.


Kita tidak pernah benar-benar bisa mengatakan satu teknik lebih baik dibanding yang lain. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, tergantung jenis tanaman yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan tempat teknik itu akan diaplikasikan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan pilihan, pahami kondisi lingkungan terlebih dahulu, karena kesalahan dalam memilih teknik Hidroponik bisa berdampak buruk terhadap hasil panen.

28/06/16

Media Tanam Hidroponik

Ada banyak jenis media tanam yang bisa digunakan untuk bercocok-tanam secara Hidroponik. Saya hanya akan membahas media tanam yang mudah didapat, murah dan paling sering saya gunakan.

Yang pertama adalah Arang Sekam. Wujudnya sama dengan sekam, karena memang sekam, berwarna hitam karena sudah dibakar menjadi arang.

Arang Sekam bisa dibeli di toko pertanian, atau kalau mau bikin sendiripun tidak sulit,  tapi asap yang keluar saat proses pembakaran mungkin bisa membuat tetangga ngamuk.

Bagi praltisi yang hanya memiliki halaman sempit saya sarankan beli saja, ketimbang perang dengan tetangga hanya gara-gara arang sekam.

Arang Sekam. Sumber foto : bibitbunga.com

Saya suka arang sekam karena temperatur udara di gubug sayuran saya lumayan panas, berkisar antara 40 sampai 44 derajad Celcius. Temperatur nutrisi juga tinggi. Sering lebih dari 30 derajad. Arang sekam dan sumbu menjadi buffer bagi akar tanaman terhadap suhu tinggi yang berasal dari nutrisi maupun udara sekitar.

Arang sekam cocok digunakan bila kita memakai pot gelas plastik dan sumbu. Akar tanaman tidak terlalu lembab, tapi juga tidak kekurangan air.

Beberapa jenit tanaman yang saya budi-dayakan menggunakan arang sekam dan sumbu tumbuh bagus sampai panen, antara lain selada, bok choy, bawang-merah dan mint.

Untuk tanaman tinggi seperti melon, arang sekam sebaiknya dicampur cocopeat dengan takaran 1:1 supaya kondisinya lebih lembab.

Selain arang sekam, saya juga menggunakan Rockwool. Media ini lebih praktis, terutama bila benih disemai di tempat yang berbeda dengan tempat pembesaran tanaman. Proses pemindahan bibit dan tanaman muda bisa dikerjakan dengan mudah dan cepat tanpa resiko akar terpotong.


Rockwool 

Tersedia rockwool khusus untuk budi-daya tanaman. Biasanya disebut rockwool import. Teksturnya lebih halus, sehingga lebih mudah ditembus akar. Tidak kedap air dan yang paling penting, bahan dasarnya sudah diolah sehingga partikelnya tidak lagi tajam.. Harganya lebih mahal dibanding rockwool lokal, tapi dengan pertimbangan resiko kesehatan, terutama resiko terhirup partikel tajam, saya lebih suka menggunakan Rockwool jenis ini.

Rockwool lokal sebenarnya adalah bahan bangunan, biasa digunakan sebagai isolator panas atau peredam suara pada dinding dan atap ruangan. Rockwol jenis ini memang dibuat kedap air dan tahan api, oleh sebab itu sulit basah.

Alternatif lain yang biasa saya gunakan adalah kapas saringan air akuarium. Lembaran kapas disuwir tipis, lalu saya gunakan sebagai penutup dasar net pot atau keranjang plastik supaya benih yang ditebar di atasnya tidak terjatuh melewati lubang (jw: mbrojol).


Filter air akuarium

Selain tiga jenis media tersebut, masih ada beberapa alternatif lain, diantaranya pecahan genteng, kerikil pasir, kain flanel, atau hydroton. 

07/03/16

Nutrisi Hidroponik

Hidroponik merupakan kultur air dengan tujuan memberi nutrisi dalam rasio sedekat mungkin dengan kebutuhan tanaman. Untuk menjaga agar nutrisi yang diberikan tidak terganggu rasionya, maka elemen tanah ditiadakan, diganti media tanam yang mudah dibuat steril. Tidak mengandung bakteri pengurai dan tidak bereaksi secara kimia dengan nutrisi.

Karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman diserap dari mineral anorganik dalam bentuk ion, maka Hidroponik juga menggunakan nutrisi dengan bahan baku garam mineral dalam bentuk senyawa ion yang larut sempurna dalam air.


Pertanyaan saya kemudian, bisakah nutrisi Hidroponik dibuat dari bahan-baku organik? Ternyata bisa, selama produk akhirnya merupakan senyawa ion.

Bagi tanaman, ion yang berasal dari bahan baku organik maupun anorganik tidak ada bedanya. Masalah justru terdapat pada proses pembuatan nutrisinya.

Bahan organik merupakan senyawa kompleks, dan untuk bahan yang sama tapi berasal dari sumber berbeda, kadar kandungan unsur haranya hampir pasti tidak pernah sama. Maka membuat nutrisi ion dengan rasio presisi sesuai kebutuhan tanaman dari bahan baku organik akan jauh lebih sulit dan mahal dibanding bila menggunakan bahan baku garam mineral yang bisa ditimbang sampai hitungan gram.

Beberapa praktisi mencoba menggunakan POC sebagai pengganti nutrisi garam mineral. Tanaman tetap tumbuh, tapi dalam kondisi jauh dari harapan. Sementara air dalam modul yang kemudian menjadi tercemar bakteri yang berasal dari POC justru menyebabkan akar tanaman menjadi kehitaman, rawan terjangkit busuk akar.

Pupuk hasil fermentasi bahan organik merupakan soil conditioner. Sangat bagus bila diaplikasikan pada kultur tanah, karena memperbaiki struktur tanah dan menyediakan nutrisi bagi bakteri untuk diurai menjadi unsur hara, Tapi menjadi kontraproduktif bila diterapkan dalam kultur air yang membutuhkan kondisi steril di lingkungan akar.


23/01/16

Air Baku

Air merupakan komponen vital dalam teknik Hidroponik. Air diperlukan sebagai pelarut sekaligus media distribusi nutrisi.

Karena tujuan Hidroponik adalah menyediakan nutrisi dalam jumlah dan dosis sesuai kebutuhan tanaman, maka semestinya air sebagai pelarut nutrisi tidak boleh mengandung material yang dapat mengganggu rasio maupun kadar unsur hara yang terkandung dalam nutrisi, maupun mengandung patogen yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Menurut beberapa literatur yang sempat saya intip, secara umum kualitas air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompoh “Hard Water” dan kelompok “Soft Water”.

“Hard water” adalah air dengan kandungan mineral tinggi, kebanyakan terdiri dari Magnesium, Kalcium Karbonat, Bikarbonat, atau Kalsium Sulfat. Secara kasat mata “Hard Water” bisa ditengarai pada endapan putih yang melekat di permukaan benda yang dicuci menggunakan “Hard Water”. Air jenis ini bersifat alkali, dan memiliki pH tinggi.

Ca dan Mg sebenarnya merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman,  namun kehadiran dua unsur itu dalam kadar tinggi justru punya potensi mengganggu rasio larutan nutrisi yang sudah diatur sebelumnya. Dampak selanjutnya, dapat mengganggu kelancaran proses penyerapan ion lain.
 
“Soft Water” adalah kualitas air dengan kandungan mineral rendah, tapi di banyak tempat seringkali sulit diperoleh secara alami.

Air baku yang dibutuhkan oleh Hidroponik bukan sekedar “Soft Water”, namun masih terdapat beberapa syarat lain yang harus dipenuhi, diantaranya, setelah menjadi larutan nutrisi  rentang pHnya berkisar antara 5,5 sampai 6,5; dan suhu larutan berkisar antara 18 sampai 26 derajad celcius. 

Lalu bagaimana seandainya air di sekitar kita TDSnya lebih dari 150 ppm, dengan pH di atas 7? Mestinya harus diolah terlebih dahulu supaya kualitasnya sesuai standard Hidroponik.

Masalahnya, tidak semua praktisi, terutama pemula macam saya, mampu menyediakan perangkat pengolah air.

Dengan TDS air baku paling rendah 213 ppm, kadang 280 dan pernah beberapa kali sampai 330 ppm, temperatur selalu lebih dari 28 derajad, dan setelah menjadi larutan nutrisi, pHnya tidak pernah kurang dari 7,3, saya tidak punya pilihan lain kecuali nekad.

Sampai 3 kali panen, ternyata hasil kebon saya selalu lebih bagus dibanding sayuran konvensional yang saya beli di supermarket. Lebih segar, lebih renyah dan tidak cepat layu meskipun tidak disimpan di lemari pendingin.






Masalah baru muncul setelah masuk musim kemarau. Tanaman gampang layu, warna akar berubah menjadi coklat, dan terjadi endapan di dasar gully. Sampai 6 bulan berikutnya kondisi menjadi semakin buruk, bahkan akhirnya saya sempat berhenti menanam di instalasi gully.

Tapi saya mendapati kondisi berbeda pada tanaman yang tumbuh di box sterofoam. Tidak ada endapan di dasar box, akar tetap putih bersih dan tanaman hanya layu saat suhu udara di bawah naungan lebh dari 40 derajad, lalu menjadi segar kembali setelah temperatur turun.

Karena menggunakan merek nutrisi dan kualitas air baku sama, saya dengan mudah bisa menebak bahwa perbedaan kondisi itu disebabkan oleh perbedaan temperatur larutan nutrisi. Suhu di gully berkisar antara 30 sampai 34 derajad, sementara di box paling tinggi hanya 27 derajad.

Berdasar pengalaman itu, dan hasil berbagi pengalaman dengan praktisi lain, saya berani mengambil kesimpulan, untuk Hidroponik skala hobby dan rumahtangga, air dengan TDS tinggi dalam kondisi tertentu masih bisa digunakan sebagai air baku Hidroponik tanpa harus diolah terlebih dahulu.

Seandainya suhu lingkungan cukup tinggi, gunakan modul dengan bahan isolator panas seperti sterofoam. Atau, bila tidak ada, usahakan agar nutrisi mengalir, dan setiapkali selesai panen modul dibersihkan.

20/11/15

Komponen Hidroponik

Dipindahkan dari HIDROPONIKTJAKDOEL.BLOGSPOT.COM

Secara umum ada empat elemen utama yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, yaitu air sinar matahari, oksigen dan nutrisi. Selama tanaman mendapatkan keempat elemen itu dalam porsi sesuai kebutuhan bisa dipastikan tanaman akan tumbuh sehat.



1. SINAR MATAHARI

Beberapa tanaman bisa tumbuh ditempat teduh, tapi kebanyakan membutuhkan sinar matahari penuh, terutama sinar pagi sampai menjelang siang. Tidak ada kompromi karena sinar matahari dibutuhkan untuk fotosintesis.

2. NUTRISI:

Hidroponik adalan bercocok-tanam menggunakan air. Akantetapi air saja tidak cukup. Tanaman membutuhkan asupan nutrisi dalam komposisi dan jumlah tertentu. Setiap tanaman membutuhkan dosis nutrisi berbeda, tergantung jenis dan umurnya.

Di Indonesia nutrisi Hidroponik tersedia dalam dua kemasan terpisah, dikenal sebagai AB mix. Masing-masing kemasan A dan B berisi komponen yang tidak bisa disatukan sebelum diencerkan dalam takaran siap pakai.

Nutrisi juga bisa dibuat sendiri, sehingga takaran masing-masing unsur dapat disesuaikan dengan kebutuhan secara lebih spesifik. Namun perlu diperhatikan bahwa meracik nutrisi bukan sekedar mencampur masing-masing unsur sebagaimana kita memasukkan beberapa macam buah ke dalam blender lalu mencampurnya begitu saja. Oleh sebab itu disarankan bagi pemula untuk menggunakan AB mix terlebih dahulu, agar bisa fokus pada proses belajar bercocok-tanamnya.

3. AIR:

Pada umumnya nutrisi AB mix dijual dalam bentuk bubuk. Air digunakan sebagai pelarut nutrisi agar bisa diserap akar. Namun tidak semua air bisa digunakan. Air PAM harus diendapkan dulu beberapa malam supaya kaporitya mengendap. Air di daerah berkapur juga tidak bisa digunakan, begitu pula di daerah dekat pantai, sebagian besar juga tidak bisa karena kandungan logam, garam dan mineralnya terlalu tinggi.

Idealnya, , air yang digunakan untuk Hidroponik adalah air yang rendah kandungan logam, mineral dan garamnya. Bila diukur menggunakan TDS (Total Disolved Solid) meter nilainya harus serendah mungkin.

Beberapa jenis air dengan nilai TDS rendah antara lain air tetesan AC, air yang diproses secara Reverse Osmosis, lelehan salju, air pegunungan dan air hujan.

Nilai rendah dari TDS diperlukan agar nutrisi tetap terjaga murni dan dalam rasio sesuai.

Bila terpaksa menggunakan air tanah di wilayah industri, pantai atau di pemukiman padat, disarankan hanya memakai air dengan nilai TDS kurang dari 150 ppm (part per million). Kalaupun terpaksa menggunakan air dengan ppm tinggi, sebaiknya tetap di bawah 250 ppm, supaya larutan nutrisi tidak telalu tercemar oleh material yang tidak diketahui macam dan jenisnya, dan dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi atau bahkan kelebihan dosis unsur terentu.

4. OKSIGEN

Tanaman menyerap oksigen dari udara melalui stomata. Oksigen yang diserap pada proses respirasi akan digunakan pada proses oksidasi glukosa untuk menghasilkan energi.

Selain dibutuhkan dalam proses respirasi tanaman, oksigen juga dibutuhkan di air. Kadar oksigen terlarut mempengaruhi kemampuan akar menyerap nutrisi. Disamping itu, di dalam air oksigen berperan menguraikan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih sederhana serta beroksidasi dengan komponen organik, sehingga material-material yang semula merupakan komponen yang membuat air tercemar menjadi tidak berbahaya lagi.

Reaksi penguraian komponen kimia mengakibatkan kadar oksigen terlarut menurun, oleh sebab itu harus diupayakan agar kadar itu terjaga dalam jumlah cukup.

Oksigen terlarut berasal dari proses difusi dari udara bebas. Kecepatan difusi tergantung pada beberapa faktor, antara lain kekeruhan air, salinitas, suhu, pergerakan massa air dan udara.

Cara meningkatkan kadar oksigen terlarut :
  1. menurunkan suhu air
  2. mengurangi komponen organik dalam air
  3. mengurangi kedalaman air
  4. diusahakan air selalu mengalir.


10/11/15

Konsep Hidroponik


Setelah sekian tahun akhirnya saya temukan sumber kesalahan yang selama ini membuat saya banyak mengalami masalah serius dengan Hidroponik. Saya keliru memahami Hidroponik sebagai teknik rekayasa terhadap tanaman, padahal sebenarnya, pertumbuhan, daya tahan terhadap hama serta penyait dan kualitas tanaman sangat ditentukan oleh kualitas nutrisi yang terserap oleh akar, bukan oleh akal-akalan teknik bercocok-tanam di kebun.

Nutrisi yang baik dengan rasio ideal ternyata tidak selalu bisa diserap seluruhnya oleh akar. Kualitas nutrisi terserap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pH media tanam, kondisi akar, dan kualitas larutan nutrisi yang tersedia.

Sekarang, manakala saya berniat melakukan rekayasa di kebun, saya selalu berpedoman pada satu pertanyaan, “Apakah rekayasa itu akan membuat kualitas nutrisi terserap menjadi lebih baik atau tidak?”

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita tahu sedikit beda antara kualitas nutrisi tersedia dengan kualitas nutrisi terserap. Kualitas nutrisi tersedia adalah kualias nutrisi yang kita siapkan untuk diberikan pada tanaman, sedang kualitas nutrisi terserap adalah kondisi nutrisi yang menembus dinding akar. Semakin baik kualitas nutrisi terserap berarti semakin lengkap ion unsur hara yang menembus dinding akar. Kualitas tanaman bergantung pada kualitas nutrisi terserap.

Hidroponik memperbaiki kualitas tanaman dengan memperbaiki kualitas nutrisi terserap, itu sebabnya Hidroponik sangat memperhatikan kondisi media tanam, kualitas air baku yang digunakan sebagai pelarut nutrisi, rasio nutrisi, suhu lingkungan, bahkan terhadap cara nutrisi diberikan, karena semua berpengaruh secara langsung terhadap kualias nutrisi terserap.

Secara umum bisa saya simpulkan bahwa konsep dasar Hidroponik adalah rekayasa tehnis dan lingkungan agar tanaman bisa menyerap nutrisi secara maksimal.

08/11/15

Mengapa Tanah Diganti Media Lain?

Secara umum Hidroponik diartikan sebagai teknik bercocok-tanam tanpa menggunakan tanah. Sebagian besar tanaman tumbuh pada media tanam pengganti, seperti rockwool, pecahan genteng, atau arang sekam, sebagian yang lain bisa tumbuh tanpa media pengganti sama sekali. Mengapa harus tanpa tanah?

Apa salah tanah sehingga harus disingkirkan?

Kita kembali sesaat pada konsep dasar Hidroponik, yaitu agar tanaman mampu menyerap nutrisi secara maksimal.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas nutrisi terserap adalah kualitas nutrisi tersedia. Artinya, nutrisi yang disediakan harus memiliki rasio yang tepat agar diantara unsur-unsur yang terkandung di dalamnya tidak saling “mengganggu”.

Untuk menjaga rasio dibutuhkan lingkungan yang bersifat inert, tidak bereaksi secara kimia dengan nutrisi.

Tanah merupakan substansi kompleks, tersusun dari berbagai elemen yang sulit dibuat menjadi netral terhadap nutrisi Hidroponik. Atas pertimbangan itu, maka peran tanah sebagai media tanam kemudian diganti oleh media lain yang bersifat inert.

Media tanam pengganti yang umum digunakan di kebun antara lain rockwool, arang sekam, campuran arang sekam dengan cocopeat, kerikil / pecahan genteng, atau bisa juga tanpa media tanam samasekali.

Pada Hidroponik, media tanam hanya berperan sebagai tempat akar berpijak. Kadang bahkan hanya dibutuhkan saat semai sampai tanaman berumur 7 hari setelah semai ( 7 hss ). Itu sebabnya pada tanaman kecil hanya diperlukan media tanam dalam ukuran / volume secukupnya.

Ada banyak materi lain yang bisa digunakan sebagai media tanam selama memenuhi syarat bersifat inert, mudah menyerap sekaligus mengalirkan nutrisi dan tidak mudah lapuk.

15/09/15

Mengapa Hidroponik?

Awalmula saya tertarik Hidroponik akibat dikompori teman. Saya harap tidak ada lagi korban kompor macam saya, karena sebenarnya ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari Hidroponik.

Salah satu diantaranya, produk Hidroponik tidak tercemar residu pestisida.

Saya sendiri semula kurang begitu tertarik dengan isu residu pestisida, sampai suatu saat seorang anak petani melon bercerita apa yang dilakukan petani supaya bisa menghasilkan buah melon cantik seperti yang selalu saya temui di pasar.

Satu kalimat yang tidak akan pernah saya lupakan, “Saya sebenarnya pengin makan melon. Sepertinya enak. Tapi saya ngeri dengan pestisidanya.”

Ternyata, sebagian besar produk pertanian mengalami nasib serupa. Mandi pestisida dan insektisida adalah menu rutin sejak mulai dari tanaman pindah semai sampai panen.

Screen capture berikut ini adalah pengakuan anak petani bawang-merah di grup WA yang diasuh istri saya.


Karena Hidroponik bisa ditanam di lahan terbatas, maka saya mulai mencoba menanam.

Pertamakali saya menanam selada menggunakan bekas botol dan bekas gelas kemasan air minum. Ternyata hasil panen iseng-iseng saya tidak kalah dibanding sayuran yang dijual di super-market. Bahkan lebih segar, lebih tahan lama dan yang penting saya tahu benar bebas residu pestisida dan insektisida.

Saya nyebut super-market, bukan pasar. Semua tahu, kualitas produk pertanian yang dijual di super-market beda juah dengan yang dijual di pasar tradisional. Hasil coba-coba yang saya lakukan sambil lalu saja kualitasnya sudah sama dengan produk super-market.

Ketika sebagian hasil panen saya bagikan ke tetangga, semua sepakat, selada saya lebih enak, lebih segar dan tahan disimpan lebih lama.

Saya tidak punya latar-belakang pertanian, juga tidak pernah belajar bertani. Hanya dengan bekal petunjuk sekilas dari teman, ternyata saya bisa menghasilkan sayuran sebagus yang dijual di super-market. Artinya, Hidroponik tidak sulit.