Awalmula saya tertarik Hidroponik akibat dikompori teman.
Saya harap tidak ada lagi korban kompor macam saya, karena sebenarnya ada
banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari Hidroponik.
Salah satu diantaranya, produk Hidroponik tidak tercemar
residu pestisida.
Saya sendiri semula kurang begitu tertarik dengan isu residu
pestisida, sampai suatu saat seorang anak petani melon bercerita apa yang
dilakukan petani supaya bisa menghasilkan buah melon cantik seperti yang selalu
saya temui di pasar.
Satu kalimat yang tidak akan pernah saya lupakan, “Saya
sebenarnya pengin makan melon. Sepertinya enak. Tapi saya ngeri dengan
pestisidanya.”
Ternyata, sebagian besar produk pertanian mengalami nasib
serupa. Mandi pestisida dan insektisida adalah menu rutin sejak mulai dari
tanaman pindah semai sampai panen.
Screen capture berikut ini adalah pengakuan anak petani
bawang-merah di grup WA yang diasuh istri saya.
Karena Hidroponik bisa ditanam di lahan terbatas, maka saya
mulai mencoba menanam.
Pertamakali saya menanam selada menggunakan bekas botol dan bekas
gelas kemasan air minum. Ternyata hasil panen iseng-iseng saya tidak kalah
dibanding sayuran yang dijual di super-market. Bahkan lebih segar, lebih tahan
lama dan yang penting saya tahu benar bebas residu pestisida dan insektisida.
Saya nyebut super-market, bukan pasar. Semua tahu, kualitas produk
pertanian yang dijual di super-market beda juah dengan yang dijual di pasar
tradisional. Hasil coba-coba yang saya lakukan sambil lalu saja kualitasnya
sudah sama dengan produk super-market.
Ketika sebagian hasil panen saya bagikan ke tetangga, semua
sepakat, selada saya lebih enak, lebih segar dan tahan disimpan lebih lama.
Saya tidak punya latar-belakang pertanian, juga tidak pernah
belajar bertani. Hanya dengan bekal petunjuk sekilas dari teman, ternyata saya
bisa menghasilkan sayuran sebagus yang dijual di super-market. Artinya,
Hidroponik tidak sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar