Saya membagi benih dalam 4 kelompok. Benih yang saya anggap
bagus, kering, fisik umbi segar, ukuran
besar, masuk kelompok A. Berikutnya
kelompok B terdiri dari umbi dengan kondisi fisik segar tapi tidak kering.
Sisa dari umbi yang tidak terpilih saya pisah lagi. Umbi
yang kecil, tidak kering dan beberapa sudah tidak segar lagi, masuk kelompok C.
Dan terakhir, umbi dengan kondisi fisik campur aduk, ada yang layu, hampir
busuk, atau terlalu kering - Pokoknya
bisa membuat petani bawang tulen merinding, saya masukkan kelompok K.
Semula saya berniat menanam benih kelompok A dan B terpisah dari C dan K,
supaya benih yang bagus tidak tercemar parameter buruk yang ada pada kelompok C
dan K. Tapi kemudian saya justru pengin tahu, apa jadinya kalau semua ditanam
dalam satu modul menggunakan nutrisi yang berasal dari satu tandon?
Perkembangan selanjutnya saya punya gagasan menambahkan
tanaman-tanaman lain yang kondisinya tidak sehat ke dalam instalasi
bawang-merah. Saya pikir, kepalang tanggung. Kalau mau membuat penelitian,
sekaligus diberi kondisi extrem saja, sehingga saya bisa mengamati lebih banyak
parameter.
Tanggal 28 Februari 2015, gerombolan bawang-merah yang bakal
mengalami siksaan luar biasa itu saya kumpulkan dalam wadah terpisah. Bukan
basa-basi dan tidak ada urusannya dengan kepercayaan apapun, saya hanya merasa
perlu minta maaf.
Sambil nunggu media semai siap, seluruh benih digelar,
diangin-anginkan dan disembur air dengan semprotan halus. Untuk apa? Saya hanya
mengikuti naluri saja. Tapi apapun yang saya lakukan mulai saat itu, semua
dicatat. Termasuk temperatur ruang, kelembaban udara dan jarak masing-masing
ember semai dengan lampu dan ruang terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar