22/09/18

Pindah Tanam 1


Di kebun saya ada dua tahap pindah tanam. Tahap pertama memindah bibit dari nampan semai ke netpot, lalu diletakkan di modul tanaman muda. Tahap ke dua memindah tanaman dari modul tanaman muda ke modul tanaman dewasa (sering saya sebut modul produksi).
 
Contoh Modul Tanaman Muda
Sampai 2/3 dari umur panen, rata-rata tanaman masih berukuran kecil, sehingga bisa ditanam dalam jarak rapat. Oleh sebab itu saya siapkan modul untuk tanaman muda dengan jarak antara titik pusat lubang hanya sejauh 10 cm.

Sekarang saya menggunakan box sterofoam sebagai modul tanaman muda. Selain murah, sterofoam adalah isolator suhu yang bagus, sehingga suhu larutan nutrisi di dalam box cenderung tetap dingin, sehingga pertumbuhan tanaman muda tidak terganggu pH swing.

Modul Box Sterofoam
Tidak ada aturan baku kapan tanaman harus dipindah. Untuk pemindahan tahap pertama saya hanya berpedoman pada pertumbuhan akar. Tanaman saya pindah sebelum akar terlanjur saling berbelit. Supaya gampang mengingat, saya pindah pada umur 7 hss.

Karena saya menggunakan media semai Rock Wool, saat memindah tinggal comot saja satu potong RW dari nampan semai, langsung dimasukkan ke dalam netpot.

Box modul tanaman muda hanya saya isi larutan nutrisi setinggi 5 cm. Tidak ada pertimbangan khusus selain saya anggap cukup. Konsekuensinya, terdapat jarak antara dasar netpot dengan permukaan nutrisi, sehingga saya harus menambahkan sumbu supaya tanaman yang akarnya pendek tetap bisa menjangkau nutrisi.
Memasang Sumbu

Setelah Masuk Netpot
Kecuali anggrek, saya hanya menggunakan media tanam RW. Jadi, benih yang disemai menggunakan media arang sekampun akhirnya saya pindah ke Rockwool. Ukuran RW juga sama 2,5 x 2,5 x 2,5. Bedanya, bagian tengan RW dibelah sampai setengah. Nantinya sebagian batang dan akar tanaman muda diselipkan pada belahan.

Sebagian Akar dan Batang Diselipkan di Belahan RW
Setelah dicabut dari media semai, akar tanaman saya bersihkan. Cukup dicelup saja dua atau tiga kali ke dalam air biasa, baru kemudian diselipkan pada belahan kubus RW.

Prosedur selanjutya sama, dimasukkan ke dalam netpot, kemudian diletakkan di modul tanaman muda.

01/07/18

The Art of Farming


Diantara yang berkunjung ke rumah, ada yang merasa mendapat manfaat dan terus belajar hidroponik bareng saya, tapi tidak sedikit pula yang komplain, “Sampeyan tidak memberi motivasi, malah membuat takut.”

Saya bukan pakar Hidroponik, hanya praktisi hobby, juga masih belajar. Kebun cuma sak ndulit, hanya seluas meja ping pong. Belum punya kisah sukses dan tidak ada kebon cantik yang bisa dipamerkan.

Hanya ada cerita seru ketika petak umpet dengan hama, asyiknya main akrobat untuk menjaga supaya larutan nutrisi bisa diserap maksimal oleh tanaman, dan obrolan kecut ketika menawarkan sayur yang hanya beberapa ikat tapi respon calon pembelinya jauh di luar perkiraan.

”Gua berani 40 ribu sekilo, bisa setor berapa kuintal sehari?”



Seandainya saya sudah pinter manajemen kebun, tidak ada hama ngajak guyonan dan pH nutrisi tidak rajin naik turun, maksimal kebun saya hanya mampu panen 2 Kg per hari, sementara tantangannya kuintalan. Tidak perlu pakai dietpun gula darah saya bakal ndlosor karena ngenes.

Kalau ditanya, berapa yang saya hasilkan dari kebun, bisa saya jawab “banyak” - karena menurut saya memang banyak. Tapi jangan tanya berapa penghasilan dari jual sayuran. Tidak ada cerita indah yang bisa saya sajikan.

Bagi saya, Hidroponik adalah seni bercocok-tanam. Sebagaimana seni, hasilnya tidak mesti berwujud uang, tapi bisa saya nikmati.

Berkat Hidroponik saya tidak lagi senewen menghadapi repotnya ngurus pajak. Ada tempat untuk ngadem disaat otak mulai over heat.

Kalau jualan sayur tidak memberi penghasilan cukup, lalu dari mana saya dapat duit untuk biaya kebon? Saya memang jualan perlengkapan Hidroponik, tapi kalau dilaporkan ke pajak sebagai omset kebun, bahkan bisa membuat tukang pajak ketawa nangis saking kecilnya.


 Saya tidak mengutip biaya pada teman-teman yang datang untuk belajar karena sadar diri, ilmunya belum pantas dijual. Disamping itu saya mengikuti pepatah jawa “tuna sathak bathi sanak”, tidak dapat duit tapi nambah teman.

Terus duitnya dari mana?

Dari bisnis lain, yang omsetnya terdongkrak tanpa sengaja akibat teman bertambah.

Saya menyebut Hidroponik sebagai seni bercocok tanam karena bisnis Hidroponik bukan semata-mata jualan sayur. Ada yang sukses menjual perlengkapan Hidroponik, ada pula yang menjadi makmur berkat pelatihan. Peluangnya banyak, mulai dari konsultan kebun, jasa konstruksi green house, menjadi peracik nutrisi, jualan merchandise Hidroponik, sampai mengeruk rupiah dari Youtube.

Jadi, kalau hanya tersedia lahan sempit, modal cupet atau setelah panen bingung lantaran tidak bisa jualan, tidak perlu berkecil hati. Buatlah kebun mungil yang indah, di pagar halaman, di tembok rumah, di teras atau di mana saja tempat yang terpapar sinar matahari. Rawat dengan baik. Jadilah seniman Hidroponik. Peluang bisnis dan rejeki akan datang dengan sendirinya.


03/06/18

Aplikasi Close Circuit di Kebun


Untuk instalasi satu meja, close circuit bisa digantikan oleh manifold. Bahkan bila tekanan pompa cukup besar, nutrisi masih bisa terbagi merata ke seluruh titik hanya dari pipa sekunder tunggal.

Close circuit baru efektif bila diterapkan pada instalasi yang mengumpan lebih dari dua modul meja, frame “A”, rakit apung, dutch bucket, atau kebun dengan irigasi tetes.

Ilustrasi berikut ini adalah penyederhanaan dari instalasi distribusi nutrisi yang saya pelajari di salah satu blok kebun Damar Hydrofarm. Instalasi asli menggunakan frame A, saya ubah menjadi gully meja: 



Keterangan:
  1. Pompa sumur diletakkan di atas permukaan lantai GH.
  2. Tandon ditanam maksimal berjarak 1 meter di sebelah pompa.
  3. Pipa primer ( tampak samping dan tampak depan ) adalah pipa yang langsung tersambung dengan outlet pompa. Berdiri tegak, terhubung dengan pipa sekunder .
  4. Pipa LOOP ( tampak atas ) adalah pipa yang menghubungkan kedua kaki pipa sekunder sehingga terbentuk Close Circuit.
  5. Pipa sekunder diletakkan di atas supaya hanya ada satu pipa saja dengan posisi vertikal. Fungsinya untuk meringankan beban pompa mendorong fluida naik, dibanding bila pipa sekunder berada di bawah, dan terdapat satu pipa vertikal untuk setiap meja.
  6. Nutrisi dari pipa sekunder dibagi rata oleh setiap manifold, dialirkan turun menuju gully menggunakan selang 7 mm.
  7. Manifold dipasang di atas pipa sekunder (bukan di sebelah atau di bawah) supaya hukum bejana berhubungan bekerja. Dengan cara ini nutrisi akan naik dari pipa sekunder menuju manifold secara serentak dengan debit sama.
Contoh aplikasi LOOP pada instalasi lain:



01/06/18

Saluran LOOP Untuk Distribusi Nutrisi


Akhirnya instalasi frame “A” di kebon terpaksa dibongkar, diganti rangkaian gully meja, supaya semua tanaman terpapar sinar matahari.

Instalasi awal hanya satu meja, terdiri dari 8 gully dirangkai secara paralel dengan pipa saluran sekunder dipasang di atas gully (ilustrasi 1 - LAYOUT GULLY MEJA). Nutrisi dialirkan menuju gully menggunakan selang diameter 5mm yang ditancapkan pada sisi bawah pipa sekunder  (ilustrasi 1 - TAMPAK DEPAN dan TAMPAK SAMPING).

ILUSTRASI 1
Pipa sekunder terpasang pada ketinggian 80 cm, pompa terbenam 50 cm dari muka tanah.

Pada beberapa kali percobaan dengan ketinggian output 130 cm, pompa mampu mengisi ember kapasitas 65 liter dalam waktu rata-rata 106 detik. Berarti debit yang keluar = 65/106x60 = 36,7 L/menit, masih  di atas debit yang dibutuhkan sebesar 8x2 L/mnt. Mestinya cukup, tapi ternyata ada gully yang mendapat supply hampir 3 L/mnt, ada pula yang tidak kebagian sama sekali.

Dari selang yang menancap di pipa sekunder pada sisi sebelah kanan sambungan T, rata-rata keluar nutrisi dengan debit lebih dari 2 L/mnt. Sementara debit selang pada sisi kiri kurang dari 1 L/mnt. Bahkan ada yang tidak keluar nutrisi sama sekali.

Setelah beberapa kali dilakukan audit instalasi, saya menemukan 2 kesalahan:
  1. Posisi pipa sekunder tidak benar-benar datar, sehingga nutrisi yang keluar dari pipa primer cenderung lebih banyak mengalir ke salah satu sisi yang posisinya lebih rendah.
  2. Selang terpasang pada sisi bawah pipa. Dengan kapasitas pompa tidak terlalu besar, pengaruh grafitasi bumi menjadi lebih dominan. Akibatnya, nutrisi cenderung keluar melalui lubang terdekat dari arah aliran fluida.

ILUSTRASI 2

Koreksi yang saya lakukan:
  1. Supaya tidak mengganggu aktifitas, posisi pipa sekunder di turunkan (ilustrasi 2 - LAYOUT GULLY MEJA).
  2. Supaya fluida terbagi sama rata meskipun pipa sekunder tidak benar-benar datar, pipa sekunder saya buat menjadi rangkaian LOOP (ilustrasi 3). Dua batang pipa sekunder semua ujungnya saling dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk CLOSE CIRCUIT. Fluida yang keluar dari pipa primer menuju sisi A dan B, meskipun tidak terbagi rata antara lengan kiri dan kanan, akan terus mengalir keliling sepanjang pipa sekunder sampai ujung masing-masing aliran bertemu di suatu titik. Pertemuan itu menyebabkan tekanan fluida di SETIAP TITIK pada dinding pipa menjadi SAMA BESAR.
  3. ILUSTRASI 3
  4. Selang 5mm dipasang pada sisi pipa bagian atas, tersambung dengan lubang input pada DOP  (ilustrasi 2 DETAIL - TAMPAK SAMPING). Dengan posisi selang tegak ke atas, nutrisi pada setiap selang akan terdorong secara bersamaan dengan tekanan sama besar, sehingga debit yang keluar juga akan sama.
  5. Sebagai antisipasi selang buntu tanpa diketahui, saya menggunakan dua selang 5 mm terpasang paralel. Bila salah satu selang mampet, gully masih mendapat supply nutrisi dari yang lain. Manfaat lain menggunakan selang 2x5 mm, bila ada gully yang tidak digunakan (kosong), ujung ke dua selang bisa saling disambung untuk menghentikan aliran keluar.

16/04/18

Pompa Untuk Modul Kecil dan Menengah


Bila pompa menyala terus menerus dalam jangka panjang, sebaiknya menggunakan pompa air tanpa Carbon Brush.

Pada motor listrik, Carbon Brush (CB) berfungsi sebagai penerus tegangan dari komponen statis ke komponen yang bergerak. CB digunakan karena mampu menghantar listrik tanpa menyebabkan kerusakan pada penghantar itu sendiri. Namun, karena terbuat dari carbon, bila bekerja terus menerus dapat menjadi aus, sehingga harus sering diganti.

Kebanyakan pompa sumur menggunakan CB, kecuali merek tertentu yang memiliki variant brushless.

Saya tidak bisa menunjuk merek, tapi untuk modul Hidroponik kecil sampai kapasitas 300 an titik tanam dengan ketinggian maksimum 1,5 meter, saya sarankan lebih baik menggunakan pompa akuarium, karena sebagian besar pompa akuarium brushless.



Saya tidak berani menyarankan pompa DC, karena berdasar pengalaman, saat pompa  tetap bekerja ketika tandon kering (akibat ada kebocoran yang terlambat diketahui), pompa DC lebih cepat terbakar.

Supaya tidak salah memilih kapasitas pompa, kita harus tahu debit aliran nutrisi yang dibutuhkan oleh modul dan jarak H1 antara permukaan air terendah di tandon (bisa dianggap sama dengan posisi outlet pompa) dengan posisi inlet tertinggi yang harus diumpan oleh pompa.




Saya menggunakan standard debit NFT dataran rendah, yaitu 2 liter per menit untuk setiap inlet. Bila modul menggunakan instalasi paralel, setiap gully memiliki inlet dan outlet sendiri, maka total debit yang dibutuhkan sama dengan jumlah inlet kali 2 liter per menit.

Misal jumlah inlet yang harus diumpan sebanyak 10 titik, maka debit yang dibutuhkan = 10x 2L/m = 20 L/m atau sama dengan 1.200 liter per jam.

Untuk menghindari kesalahan dalam menghitung kapasitas pompa, saya sarankan memilih pompa akuarium yang pada kemasannya selain mencantumkan data Hmax dan QMax juga menyertakan grafik penurunan debit terhadap perubahan ketinggian ujung pipa yang tersambung vertikal pada outlet pompa.



Nilai HMax yang tertulis di kemasan adalah batas ketinggian maksimum ujung keluaran pipa yang tersambung vetikal pada pompa, diukur dari posisi outlet pompa.

Pada prakteknya, ketinggian maksimum riil hanya berkisar 80% dari HMax. 

Nilai QMax adalah debit maksimum pada ketinggian lubang outlet pompa, atau pada H1= 0 (nol) meter, BUKAN DEBIT PADA HMAX. Rasio penurunan debit terhadap kenaikan posisi ujung pipa yang tersambung vertikal tidak terjadi secara linier, oleh sebab itu gunakan grafik yang tersedia untuk mendapatkan nilai debit pompa pada ketinggian tertentu.

Debit pompa dinyatakan dalam satuan liter per jam, bila dikonversikan menjadi satuan liter per menit harus dibagi 60. Misalnya, QMax 1.200 L/jam, dalam satuan liter per menit menjadi 1.200/60, atau sama dengan 20 liter per menit.

Supaya pompa awet dan bekerja sesuai kapasitasnya, saya sarankan tidak menggunakan diameter pipa selain yang direkomendasikan oleh pabrik.


17/01/18

Semai Benih


Sama seperti pada kultur tanah, di Hidroponik benih juga disemai ditempat terpisah, tidak langsung diletakkan di modul tanam.

7 hari pertama pertumbuhan bibit sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman muda, oleh sebab itu sejak benih disemai sampai umur 7 hari setelah semai (7 hss), bibit perlu mendapat perlakukan khusus supaya pertumbuhannya tidak mengalami gangguan.

Dengan cara semai ditempat khusus, kita lebih mudah memantau pertumbuhan kecambah, menjaga kelembaban media semai - tidak kurang sekaligus jangan sampai terlalu lembab, dan melindungi bibit dari gangguan lingkungan.



Kita bisa menggunakan nampan plastik atau sterofoam sebagai tempat semai. Pilih nampan yang tidak terlalu tinggi, supaya dinding nampan tidak menghalangi sinar matahari.

Khusus bila menggunakan media semai Rockwool, bisa memakai nampan dengan dasar berlubang, tapi bila media semainya arang sekam atau campuran arang sekam dengan cocopeat, gunakan nampan dengan dasar tertutup.


MEMILIH MEDIA SEMAI

Semai Hidroponik punya banyak pilihan media. Bisa menggunakan kertas tisu, busa, kapas, atau kain flanel, tapi saya hanya merekomendasikan Rockwool dan campuran arang sekam dengan cocopeat. Alasan saya, kedua media itu mampu menyimpan air, sehingga tidak gampang menjadi kering, porus, sehingga mudah ditembus akar, dan tidak repot ketika memindah tanaman muda dari tempat semai ke modul utama.

Bagaimana dengan kompos? Bisa, tapi ketika kita memilih bercocok tanam dengan kultur nutrisi sebaiknya kita juga konsekuen untuk mengikuti pakem Hidroponik, tidak mencampur-aduk dengan teknik kultur tanah.
 
Semai dengan media arang sekam+cocopeat

Setiap kultur memiliki pakem masing-masing dengan berbagai pertimbangan , oleh sebab itu saya menyarankan sedapat mungkin kita ikuti pakemnya.

Arco (arang sekam+cocopeat) adalah media yang paling mudah didapat. Saya sarankan membeli arang sekam yang masih belum dicampur cocopeat untuk memastikan bahwa cocopeatnya sudah dicuci bersih.

Cocopeat mengandung tanin, meskipun tidak menyebabkan kematian namun menganggu pertumbuhan bibit.

Tanin harus dihilangkan, minimal dikurangi kadarnya dengan cara merendam dan mencuci cocopeat berulang kali. Air yang digunakan untuk merendam dan mencuci perlu diganti beberapa kali sampai warna merah yang berasal dari cocopeat menjadi tidak terlalu pekat lagi. 

Untuk media semai, Arco dibuat dengan takaran 1 berbanding 1. Masih tetap porus, sekaligus tidak cepat kering.

Banyak praktisi Hidroponik memilih Arco sebagai media semai karena murah dan praktis. Untuk menebar ratusan benih hanya membutuhkan bidang semai ukuran 30 x 40 cm persegi. Disamping itu, benih bisa ditebar begitu saja di permukaan media, tanpa harus menghitung dan meletakkan satu persatu.

Jangan ketawa dulu. Di Hidroponik, berapapun jumlah titik tanamnya, kita berurusan dengan tanaman secara personal, satu per satu. Jadi semai dengan cara meletakkan satu persatu bukan lelucon.

Kebun komersial dan praktisi yang serius mengejar kualitas tanaman cenderung memilih Rockwool sebagai media tanam.

Dengan menggunakan RW kita tidak perlu membongkar tanaman dari media semai pada saat melakukan pindah tanam. Salah satu manfaatnya, mencegah tanaman muda mengalami stress akibat gangguan pada akar dan perubahan lingkungan yang mendadak.

Bahkan seandainya kita menggunakan media tanam yang berbeda, pccahan genting misalnya, tanaman muda bisa diletakkan di media baru sekaligus bersama RWnya.


 MELETAKKAN BENIH

Catatan: Media semai harus dalam kondisi lembab tapi tidak tergenang air.

Bila menggunakan media semai Arco, benih ditebar begitu saja di permukaan media. Jarak tebar bisa cukup rapat, sehingga populasi dalam satu nampan bisa maksimal.

Di atas benih tidak perlu ditutup media, tapi sampai 24 jam berikutnya benih perlu dihindarkan dari terpaan cahaya apapun secara langsung.
 
Benih Ditebar Secara Merata Dipermukaan Media

Bila nampan disimpan di ruang terbuka atau suhu lingkungan tidak menyebabkan media cepat kering, nampan cukup diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar langsung, tidak perlu dibungkus plastik hitam.

Semai menggunakan RW memiliki prosedur sedikit ribet, benih tidak ditebar begitu saja, melainkan harus diletakkan satu persatu.

Kebanyakan praktisi memotong RW menjadi kubus kecil berukuran 2,5x2,5x2,5 cm kubik. Kecuali bila yang ditanam kangkung, bayam, atau seledri, setiap satu potong RW hanya digunakan sebagai media tanam untuk satu tanaman saja. Itu sebabnya sejak mulai dari semai, benih diletakkan satu persatu pada setiap potongan kubus.

Untuk menghindari resiko RW terbuang sia-sia akibat benih gagal berkecambah, atau tanaman muda pertumbuhannya mengalami gangguan, pada satu kubus BISA disemai dua benih sekaligus. Bila keduanya berkecambah, dibiarkan terus tumbuh sampai umur 7 hari, baru disortir.

Beberapa tanaman, misal selada, memiliki benih berukuran kecil. Sulit dipegang tanpa alat bantu. Saya menggunakan tusuk gigi basah (yang baru ya, dan dibasahi air bersih, jangan diemut) untuk nyomot satu benih dari wadah, kemudian dipindah ke permukaan RW.

Bila satu RW disemai 2 benih, letakkan masing-masing benih dengan jarak secukupnya sebagai antisipasi, barangkali kedua bibit nanti dibutuhkan semua, pada saat RW dibelah untuk memisahkan bibit, akar tanaman tidak terpotong.

Sebelum mengambil benih, gunakan ujung tusuk gigi terlebih dahulu untuk membuat lubang di permukaan RW. Tidak perlu dalam, cukup sekedar benih bisa terbaring rata dengan permukaan.



Benih diletakkan begitu saja di lubang, tidak perlu ditimbun.

Prosedur selanjutnya sama seperti semai menggunakan media Arco, sampai 24 jam berikutnya nampan diletakkan di tempat yang terhindar dari cahaya apapun secara langsung.


PERAWATAN

Saya menghitung umur tanaman dimulai saat benih disemai, dengan satuan hari setelah semai (hss). Supaya hitungannya sesuai dengan aktifitas harian, maka semai saya lakukan pada pagi hari, supaya 24 jam berikutnya, umur 1 hss, bisa dihitung mulai pagi.

Tidak perduli seluruh benih sudah berkecambah atau sebagian besar masih belum bertunas, untuk menghindari resiko bibit mengalami etiolasi, pada umur 1 hss nampan semai saya pindah ke tempat yang terpapar sinar matahari pagi secara langsung.

Umur 1 sampai 2 hss cukup sampai jam 11, kemudian dipindah ke tempat teduh lagi, tapi selanjutnya saya biarkan tumbuh di bawah sinar matahari sepanjang hari. Untuk mencegah tanaman muda rusak diterpa hujan, saya membuat naungan beratap plastik UV.



Sampai umur 7 hss tanaman masih tumbuh di nampan semai. Supaya bibit tidak layu, media semai harus lebih sering disemprot.

Beberapa praktisi berpendapat, sampai hari ke 3 bibit belum membutuhkan tambahan nutrisi, jadi bisa disemprot hanya menggunakan air saja. Kalaupun diberi tambahan nutrisi, cukup 200 atau 400 ppm. Bila nutrisi terlalu pekat, selain tidak banyak memberi manfaat pada tanaman, juga akan membuat permukaan media tanam lebih cepat berlumut.

Setelah umur 3 hss, air dari semprotan tidak lagi cukup. Media tanam harus disiram. Guyurkan air yang sudah diberi nutrisi pada bagian pinggir nampan, biarkan mengalir sendiri ke seluruh dasar media.

Di sini terasa kelebihan RW dibanding Arco. RW mampu menyerap dan menyimpan air lebih banyak, sehingga dalam sehari cukup dilakukan 1 kali penyiraman tanpa harus membuat media tanam tergenang.

24/11/17

PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

diposting ulang dari : SUSTAINABLE MOVEMENT
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.  Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (http://afriathinks.blogspot.com). Menurut (http://www.silvikultur.com) cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
            Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek (http://thejeber.wordpress.com).
            Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya (http://kampoengpintar.blogspot.com). Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh (http://afriathinks.blogspot.com).
            Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas kelompok kali ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman dari sudut pandang proses fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan pertumbuhan generatif tanaman.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana peranan cahaya matahari terhadap kehidupan
  2. Bagaimana proses tanaman mendapatkan energi?
  3. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman?
1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui peranan cahaya matahari terhadap kehidupan.
  2. Untuk mengetahui proses tanaman mendapatkan energi.
  3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cahaya
            Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995:55).
3.2    Pengetian Tumbuhan
            Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta. Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis (http://duniatumbuhan.blogspot.com).
            Jika dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu tanaman C3, C4 dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4, dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya.  Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2(fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati(http://ipul-biologi.blogspot.com). Berdasarkan proses reaksi yang terjadi pada tanaman C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh baik dibawah naungan tau ditempat yang intensitas mataharinya rendah.
            Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal reduksi CO2(fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko (http://ipul-biologi.blogspot.com).
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu daur Hatch dan Slack (http://ipul-biologi.blogspot.com).
2.3 Pengertian Fotosinesis
            Dalam hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat keterkaitan antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis  merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim. fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannyaTumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplastklorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
            Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasiseluler adalah kebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Cahaya dan Peranan dalam Kehidupan
            Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995:55).
            Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat.
            Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati (AAK, 1983:18)
3.2 Proses Tanaman Mendapatkan Energi
            Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin, 2008:8).
            Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin, 2008:9)Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu,  intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin 2008:08).
            Oleh tumbuhan radiasi matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh klorofil pada tanaman dalam proses yang disebut proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadikan bahan utama untuk proses pertumbuhan dan cadangan makanan tanaman.
            Proses fotosintesis pada tanaman dilakukan di siang hari dikala matahari menyinari bumi. Dengan menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas karbondioksida dan unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan gula (glukosa) dan oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun bernama klorofil yang berada di daun dan dilindungi oleh lapisan lilin untuk mencegah penguapan. Gula hasil fotosintesis disimpan tumbuhan sebagai cadangan energi, dan oksigen sebagai hasil sampingannya (http://tanaman.org).
             Gula yang telah dibuat kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk proses metabolismenya. Pemanfaatan energi gula oleh tumbuhan memerlukan serangkaian proses sehingga energi yang ada dalam bentuk gelombang elektromagnetik tersebut dapat diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH) yang  dikenal dengan reaksi terang.  Hasil reaksi terang ini (ATP dan NADPH) selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam reaksi metabolisme khususnya reduksi CO (http://dc200.4shared.com/).
            Seperti telah kita ketahui, reaksi fotosintesis terdiri atas dua tahapan yaitu : tahapan Reaksi Terang ( disebut juga Reaksi Hill ) dan Reaksi Gelap ( disebut juga Reaksi Blackman atau siklus Calvin ). Masing-masing tahapan menunjukkan proses reaksi yang berbeda. Namun keduanya merupakan satu rangkaian reaksi  yang tak terpisahkan dari reaksi fotosintesis. Perbedaan antara reaksi terang dengan reaksi gelap, secara ringkas dijelaskan dalam tabel seperti berikut ini (http://pelajaranbiologi-sma1.blogspot.com).

Tabel 3.3 Perbedaan reaksi gelap dan reaksi terang
NO
DILIHAT DARI
REAKSI TERANG
REAKSI GELAP
1.
Tempat berlangsung
bagian kloroplas bernama Grana
bagian kloroplas bernama Stroma
2.
Sumber energi
Cahaya / matahari
ATP dan NADPH2 dari reaksi terang
3.
Proses yang terjadi
Fotolisis : pemecahan H2O menggunakan energi cahaya menjadi ion Hidrogen dan molekul air
Fiksasi : pengikatan CO2 , penyusunan / pengkombinasian hydrogen dg karbondioksida membentuk gula
4.
Hasilnya
O2, ATP dan NADPH2
Karbohidrat sederhana
3.2.3 Faktor Pembatas Fotosinstesis
            Terdapat beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis, yaitu : 1. Intensitas cahaya Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya; 2. Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis; 3. Suhu Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim;  4. Kadar air Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis; 5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang; 6. Tahap pertumbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi padatumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
3.3 Pengaruh Cahaya terhadap Kehidupan Tanaman
3.3.1 Pengaruh Radiasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman
            Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari (Tjasjono 1995:190).
            Radisasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil panen (hasil fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor lain seperti curah hujan, suhu udara, hama penyakit dan lainnya turut mempengaruhi hasil panen (hasil fotosintesis) (Tjasjono, 1995:55).
            Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata ( respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-organ permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran protoplasma (Jumin 2008:8). Secara teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis.
3.3.2 Pengaruh Kuantitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun demikian, di daerah ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan perbedaan yang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan tanaman secara signifikan (Fitter dan Hay, 1991:52).
Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991:53).

3.3.3        Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah  (Fitter dan Hay, 1991:54). Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).
Masing-masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda terhadap intensitas cahaya. Berdasarkan perbedaan reaksi tersebut, tanaman dibedakan menjadi tanaman C3, C4, CAM. Tanaman C3 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya rendah, dan tanaman C4 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya tinggi, sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang hidup didaerah kering.
Penelitian yang dilakukan oleh Grime dalam Fitter dan Hay (1991:55) membuktikan bahwa tanaman yang terbiasa hidup tanpa naungan seperti Arenaria servillifolia memperlihatkan kondisi yang tidak dapat berkembang dan tumbuh jika diberi naungan. Hal tersebut terbukti oleh habisnya persediaan karbohidat.
Lebih lanjut, jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif, dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu : Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun.

3.3.4   Pengaruh Kualitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk gelombang elektromagnetik yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290 milimikron. Rangkaian spektrum matahari ini dapat dikelompokan berdasarkan panjang gelombangnya. Cahaya mempunyai sifat gelombang dan sifat partikel (http://satopepelakan.blogspot.com/).
Cahaya hanya merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki panjang gelombang tampak bagi mata manusia sekitar 390-760 nanometer. Sipat partikel cahaya biasanya diungkapkan dalam pernyataan bahwa cahaya itu datang dalam bentuk kuanta dan foton, yaitu paket energi yang terpotong-potong dan masing-masing mempunyai panjang gelombang tertentu (http://satopepelakan.blogspot.com/).
Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain, hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau. Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan berdasarkan panjang gelombang menjadi.
                  · Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.
                  · Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.
                  · Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.
                  · Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.
                  · Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.
                  · Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi beada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah (http://satopepelakan.blogspot.com/).
Variasi harian dan variasi musiman tidak hanya mempengaruhi masukan energi, tetapi juga suatu masukan faktor periode yang penting. Panjang siang hari pada waktu yang berbeda dalam satu tahun, untuk organisme yang non tropis dan merupakan indikator yang paling dapat dipercaya dan sebagian besar tanaman bersifat fotoperiodik. Irradiasi langsung pada dini hari dan senja hari mengandung banyak radiasi panjang gelombang yang disebabkan oleh celah atmosfer yang lebih panjang dan berakibat penghamburan gelombang pendek.
3.3.4.1 Cahaya UV
Cahaya dengan kualitas yang berbeda-beda ditemukan dalam dua keadaan terestial bumi ini : di bawah kanopi daun dan di daerah dengan altitut tinggi. Pada daerah yang memiliki altitut tinggi, terjadi radiasi dengan penambahan jumlah sinar utra-violet (UV). Di daerah yang altitutnya lebih rendah, UV disaring oleh atmosfir terutama oleh oksigen dan ozon.
            Tetapi perbedaan UV di tempat tinggi dan rendah secara relatif hanya memiliki pengaruh yang kecil pada vegetasi tempat yang tinggi. Caldwell (1968)dalam (Fitter dan Hay, 1991) menemukan peningkatan sebesar 26% radiasi matahari langsung pada pita 280-315 nm pada ketinggian 4450 m bila dibandingkan dengan tempat pada ketinggian 1670 m, tetapi hal ini sebagai besar diimbangi oleh suatu penurunan dalam radiasi UV difusi, sehingga sinar UV tidak terlalu nampak berbahaya bagi tanaman (Fitter dan Hay, 1991).
3.3.4.2  Cahaya Infra Merah
                Rangsangan cahaya pada perkecambahan merupakan satu peristiwa yang dapat melibatkan fitokrom, yaitu komponen daun yang peka terhadap cahaya merah dan infra merah. Biji dengan ciri peka terhadap rangsangan dapat berkecambah jika terkena cahaya merah. Akan tetapi biji menjadi tidak akan berkecambah jika diberi cahaya inframerah.
            Hal tersebut diperkuat dengan beberapa peneliti yang memperlihatkan bahwa biji yang peka terhadap cahaya tidak akan berkecambah dibawah kanopi daun (black, 1969 ; stoutjesdijk, 1972 ; King, 1975 dalam Fitter dan Hay, 1991:50).  Menurut Gorski dalam Fitter dan Hay (1991:50) peningkatan derajat Infra merah dapat menghambatan perkecambahan  tujuh spesies biji-biji yang tumbuh baik jika diberi rangsangan cahaya.
            Kasperbauer dan Peaslee dalam Fitter dan Hay (1991:50) berturut-turut menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan FR (dianalogikan untuk tanaman-tanaman di bagian tengan barisan) daun-daunnya lebih panjang, lebih sempit dan lebih ringan dengan stomata yang lebih sedikit dan klorophyl per unit luasan yang lebih sedikit. Asimilasi karbondioksida sama atas dasar satuan luasan, tetapi lebih besar berdasarkan berat sehelai daun, yag memperlihatkan bahwa tanaman-tanaman yang diberi perlakuakn FR telah mempertahankan asimilasi fotosintetik pada kerapatan pengaliran yang lebih rendah dengan meningkatkan luas daun (Fitter dan Hay, 1991:50).
            Pengaruh variasi kualitas cahaya pada tanaman baru saja diamati akhir-akhir ini. Erez dan Kadman-Zahavi dalam Fitter dan Hay (1991:50) menanam pohon peach (Prunus persica) pada keadaan ternaungi akan menghalangi secara berturut-turut cahaya biru (tidak ada transmisi di atas 550 nm), biru dengan FR (tembus cahaya di atas 660 nm), dan merah dengan FR (tembus cahaya di atas 500 nm). Mereka nememukan bahwa luas daun terbesar terdapat pada keadaan R + FR dan terkecil di bawah biru + FR dan penaungan terbuka (Stoutjesdijk dalam Fitter dan Hay, 1991:51).
3.3.4.3 Pengaruh Intensitas  Cahaya terhadap Laju Fotosintesis
            Pola dari pucuk tanaman diarahkan untuk menuju efisiensi dalam fotosintesis struktur dari mesosfil kurang dan organ stomata memungkinkan perubahan gas secara cepat, bahkan adanya fakta bahwa fotosintesis memanfaatkan sebagian besar radiasi panjang gelombang yang terlihat sangat nyata, karena panjang gelombang ini adalah wilayah spektrum dengan nilai energi yang paling besar disamping adaptasi diatas, sebenarnya hanya sedikit energi matahari yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis (0,025%) (http://satopepelakan.blogspot.com).
            Kebanyakan daun telah menjadi jenuh cahaya dan hanya 20% dari cahaya matahari penuh yang dapat diserap. Dari jumlah ini hanya 20% yang disimpan dalam molekul gula yang dihasilkan. Sejumlah cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis, agar dapat seimbang dengan menggunakan ikatan karbon yang digunakan untuk respirasi. Dalam hal ini prosentase dari cahaya penuh, titik kopensasiuntuk permudaan tanaman biasanya berada antara 2 dan 30% (http://satopepelakan.blogspot.com).
Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara
  1. Irradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda matahari. Noda matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung kecuali bila terjadi pengaruh bayangan. (Anderson dan miller 1974). Cahaya matahari langsung nampak menjadi berkurang nilainya pada sebagian besar di bawah kanopi.
  2. Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang mengiringi noda matahari.
  3. Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama dengan permukaan biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu. Jumlah yang dipantulkan akan tergantung pada beberapa parameter cahaya yang dipantulkan. Juga diubah spektrumnya dengan cara yang sama seperti cahaya yang diteruskan.
  4. Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang diabsorbsi dan yang dipantulkan oleh daun.
            Dari keempat cara tersebut diatas sudah jelas akan mempengaruhi terhadap proses fotosintesis karena kualitas, intensitas dan fotoperiode cahaya untuk proses fotosintesa terjadinya pada daun (http://satopepelakan.blogspot.com/).
DAFTAR PUSTAKA
RUJUKAN BUKU
AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius
Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB Bandung
RUJUKAN INTERNET
Admin. 2009. Pengaruh Cahaya pada Pertumbuhan Tumbuhan.[serial on line]. http://kampoengpintar.blogspot.com/2009/03/pengaruh-cahaya-pada-pertumbuhan.html. [7Maret 2012].
Admin. 2009. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tumbuhan Kacang Hijau. [serial on line]. http://afriathinks.blogspot.com/2009/09/pengaruh-cahaya-terhadap-pertumbuhan.html. [7Maret 2012].
Admin. 2009 Fungsi Tanaman. [serial on line]. http://tanaman.org/fungsi-tanaman_123.htm 2009.  [7 Maret 2012].
Admin. [TanpaTahun]. Penaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman. [serial online] http://www.silvikultur.com/pengaruh_cahaya_terhadap_tanaman [7 Maret 2012].
Admin. [Tanpa Tahun]. Reaksi Cahaya Fotosintesis dan Aspek-Aspek Fotofisilogi. [serial on line]. http://dc200.4shared.com/doc/-81SG5Iu/preview.html. [7 Maret 2012].
Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah, Air, dan Iklim. Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Admin. 2010. Manipulas Pencahayaan untuk Merangsang Pembungaan. [serial online]. http://thejeber.wordpress.com/2010/03/05/manipulasi-pencahayaan-untuk-merangsang-pembungaan/. [7 Maret 2012].
Admin. 2007. Pengertian Tumbuhan. [serial on line] http://duniatumbuhan.blogspot.com/2007/07/pengertian-tumbuhan.html. [7 Maret 2012].
Admin. 2011. Perbedaan Tanaman Jenis C3, C4, CAM. [serial on line]. http://ipul-biologi.blogspot.com/2011/02/perbedaan-tanaman-jenis-c3-c4-dan-cam.html. [7 Maret 2012].
Admin. 2011. Perbedaan Reaksi Gelap dan Terang. [serial on line]. http://pelajaranbiologi-sma1.blogspot.com/2011/09/perbedaan-reaksi-terang-dengan-reaksi.html. [7 Maret 2012].