Tampilkan postingan dengan label Catatan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Khusus. Tampilkan semua postingan

11/07/17

Mikro Orgenisme Lokal (MOL)

MOL

Banyak yang bertanya, apakah MOL (mikro-organisme lokal) bisa digunakan sebagai pengganti ABMix?

Selalu saya jawab TIDAK BISA. Alasan pertama, Hidroponik membutuhkan nutrisi yang larut sempurna dalam air. MOL tidak larut sempurna. Alasan kedua, yang paling utama, MOL BUKAN PUPUK.


Mol merupakan kumpulan bakteri yang dibiakkan, digunakan sebagai starter dalam proses pembuatan pupuk organik.

Ada 3 variabel utama yang dibutuhkan dalam proses pembusukan, yaitu ada bahan baku, tersedia tempat yang memungkinkan berlangsungnya proses pembusukan dan organisme yang menyebabkan terjadinya proses pembusukan.

Secara alami, tanpa ditambahkan MOL sekalipun, semua bahan organik yang diletakkan begitu saja di tempat yang memenuhi syarat terjadinya proses pembusukan akan mengalami proses pembusukan dengan sendirinya.

Secara lambat tapi pasti mikro organisme pengurai akan muncul kemudian berinteraksi dengan bahan organik.

Kecepatan proses perombakan berbanding terbalik dengan volume bahan yang diurai dan berbanding lurus dengan jumlah mikro-organisme yang ada. Semakin besar volume bahan, dibutuhkan mikro-organisme semakin banyak pula.

Supaya proses pembuatan pupuk organik berlangsung lebih cepat dibanding proses pembusukan alami, maka dibutuhkan mikro-organisme dalam jumlah setara dengan volume bahan yang diolah. Masalahnya, bagaimana cara mengumpulkan mikro-organisme sebanyak yang diperlukan?

Cara paling mudah adalah menyediakan media tertentu yang memungkinkan mikro-organisme berbiak lebih cepat dibanding substansi organik yang digunakan sebagai bahan-baku pupuk.

Mikro-organisme membutuhkan Karbohidrat dan Glukosa sebagai sumber energinya, maka untuk membiakkan mikro-organisme dibutuhkan media yang banyak mengandung Karbohidrat dan Glukosa.

Kalau yang dibutuhkan hanya Karbohidrat dan Glukosa, mengapa tidak kita tabur saya larutan gula, molases, air nira atau air bekas cucian beras secara langsung pada bahan pupuk organik, sehingga tidak perlu menggunakan bahan starter?

Hanya ada satu jawaban: ongkos produksi pupuk organik akan menjadi sangat mahal.

Starter hanya membutuhkan sedikit bahan baku, tapi menghasilkan bakteri dalam jumlah besar.

Starter juga dibuat melalui proses perombaan bahan organik, apakah juga bisa digunakan sebagai pupuk? BISA. Dalam proses pembuatan strater juga terjadi proses mineralisasi, sehingga bahan baku starter pada akhirnya juga menjadi senyawa ion, termasuk diantaranya terdapat ion-ion unsur hara.

Tapi menggunakan starter sebagai pengganti pupuk adalah pemborosan luar biasa. Untuk satu atau dua tanaman mungkin beban biaya belum terasa, tapi coba kita hitung berapa ratus liter starter yang dibutuhkan untuk memupuk seluruh tanaman di lahan 500 meter persegi? Bandingkan dengan biaya pupuk organik.

MOL bisa dibuat sendiri dari bahan-bahan yang gampang kita peroleh disekitar, sehingga murah meriah. Karena kondisi tempat produksi, kualitas bahan baku dan alat yang digunakan oleh setiap pembuat MOL berlainan, konsekuensinya, tidak ada standard baku yang bisa diterapkan terhadap kualitas MOL. Itu merupakan kekurangan MOL dibanding starter buatan pabrik yang diproduksi dengan proses terkontrol di tempat steril dan menggunakan bahan serta mikro-organisme yang diseleksi terlebih dahulu.

Kembali ke Hidroponik: Sebagian besar kandungan MOL adalah mikro-organisme. sementara Hidroponik menghendaki media tanam dan larutan nutrisi yang bebas dari mikro-organisme agar tidak terjadi proses pembusukan pada akar maupun batang tanaman. Jadi sebaiknya tidak menggunakan MOL sebagai pengganti ABMix. 

12/07/16

Step by Step - Menanam Bawang Merah Hidroponik

Bawang-Merah kurang cocok tumbuh di lingkungan lembab. Karena instalasi Hidroponik yang saya gunakan adalah instalasi terbuka, tanpa naungan, dan saya menanam di awal bulan Mei, maka saya harus mempertimbangkan resiko media tanam menjadi terlalu lembab bila tersiram air hujan.

Oleh sebab itu saya memilih hanya menggunakan media tanam arang sekam tanpa dicampur cocopeat, agar bila tersiram air hujan lingkungan di sekitar bakal umbi cepat menjadi kering.

Arang sekam juga bermanfaat sebagai buffer bagi bakal umbi terhadap suhu tinggi yang berasal dari nutrisi.

Perlengkapan yang diperlukan :

  1. Instalasi Hidroponik DFT
  2. Gelas bekas kemasan air minum. Untuk skala komersial, agar lebih hemat beban investasinya, sebaiknya diganti dengan pot plastik nomer 7. Gelas plastik hanya mampu bertahan 2 kali tanam (kurang lebih 120 hari), sementara pot plastik bisa digunakan terus menerus lebih dari satu tahun.
  3. Potongan kain flanel sebagai sumbu
  4. Baskom sebagai tempat persemaian.


Berikut ini urutan menanam Bawang-Merah Hidroponik menggunakan media tanam arang sekam dengan teknik Hidroponik sumbu Deep Flow Technique.

  1. Bagian dasar gelas disayat dan diberi lubang.
  2. Selipkan kain flanel melalui sayatan, setelah itu isikan media tanam ke dalam seluruh gelas. Media tanam diatur mengelilingi sumbu agar nantinya nutrisi tersebar merata ke seluruh media tanam.

  3. Agar cepat bertunas, bagian atas umbi bibit dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Setelah dipotong umbi tidak perlu direndam cairan apapun.

  4. Buat lekukan dangkal menggunakan jari telunjuk pada permukaan media tanam.

  5. Letakkan umbi yang sudah dipotong ujungnya pada lekukan dengan posisi bagian yang terpotong menghadap ke atas.
  6. Biarkan bibit nangkring di atas media tanam. Tidak perlu ditutup media tanam.

  7. Letakkan gelas berisi bibit di baskom pembibitan. Simpan di tempat teduh selama 4 atau 5 hari. Tidak perlu ditutup dengan apapun.

  8. Selama masa semai, sekali sehari semprotkan air ke permukaan media tanam menggunakan spray untuk menjaga agar media tanam tidak kering. Setelah hari ke 5 air diganti dengan nutrisi daun.
  9. Bila tidak ada hujan, tunas-tunas yang sudah mencapai tinggi 2 cm bisa segera dipindah ke instalasi Hidroponik, supaya tidak terlambat mendapatkan sinar matahari. Bila hujan sering turun, tunggu sampai tunas lebih kuat menahan terpaan air hujan.

  10. Nutrisi daun bisa diberikan sampai tanaman berumur 30 hari setelah semai (30 HSS). Selebihnya diganti dengan nutrisi umbi.
Saya melakukan panen setelah bawang merah berumur 60 HSS.


21/07/15

Mengamati Bawangmerah - Panen dan Pasca Panen

Panen saya lakukan dua kali. Panen pertama tanggal 9 Mei jam 15.00, Panen ke dua lepas magrib tanggal 12 Mei.

Pada saat gelas diangkat dari pralon, sebagian besar kondisinya lapuk. Praktis tidak bisa digunakan lagi. Kain flanel rata-rata tertutup akar tapi masih bisa dibersihkan dan layak digunakan kembali. Begitu pula dengan sekam bakar. Secara umum kondisinya masih layak pakai kecuali sedikit pada bagian atas, yang berlumut, sulit dibersihkan.


Kondisi bawang sebelum dipanen :


Hasil Panen :
Jumlah bawang yang bisa dipanen dalam kondisi bagus : 80 pot
Bobot basah per gelas (isi 5-8 umbi) termasuk akar dan daun :
- Paling ringan 221 gram
- Paling berat 329 gram




Kondisi 38 hari setelah panen dari kelompok yang disimpan dengan cara digantang:


Kondisi 38 hari setelah panen dari kelompok yang disimpan dengan cara diangin-anginkan di ember besar::



Bobot bersih per gelas, tanpa akar dan daun, setelah disimpan 38 hari :

- Paling ringan 32 gram
- Paling bera 44 gram 


12/06/15

Mengamati Bawang merah (5) - GANTI NUTRISI

Ketika berkunjung ke Gadjah Mada Agro Expo 2015 tanggal 11 April 2015 untuk pertamakalinya saya tahu ada nutrisi umbi. Sebelumnya saya hanya mengunakan nutrisi daun sampai umur 40 hss, setelah itu diganti nutrisi buah.

Tanggal 12 April saya ganti nutrisi daun dengan nutrisi umbi. Sejak saat itu setiap hari saya selalu mengamati pertumbuhan umbi. Harapan saya, setelah mendapat nutisi sesuai kebutuhan, umbi akan tumbuh lebih pesat. Tapi sampai beberapa hari kemudian justru tidak nampak terjadi perubahan. Umbi tetap kecil.


Perubahan justru terjadi pada daum, menjadi lebih segar dan tumbuh lebat. Bahkan beberapa tanaman justru mulai berbunga. Kondisi seperti itu berlangsung sampai bawang merah berumur 52 hss.

Pada saat yang sama, tanaman yang layu dan kering juga semakin banyak. Tapi jelas bukan akibat ganti nutrisi. Gejala layu dan kering sudah mulai terlihat pada beberapa tanaman sejak umur 27 hss. Sampai umur 52 hss tanaman mati bertambah 11 pot, sementara 17 lagi menunjukkan gejala kemunduran.

Saya sempat konsultasi pada beberapa teman Hidroponik, tapi karena masukannya simpang siur, akhirnya saya memutuskan jalan terus tanpa melakukan tindakan apapun.

Sore 53 hss saya mendapati beberapa umbi mulai nampak lebih besar dibanding 1 - 2 hari sebelumnya. Perubahannya sangat signifikan. Dan pada hari-hari berikutnya semakin banyak tanaman menunjukkan perkembangan positif.

Umur 60 hss, sebagian besar umbi tumbuh besar, warnanya lebih merah dan lebih padat ketimbang rata-rata umbi yang saya beli di pasar. Secara keseluruhan hasilnya lebih bagus ketimbang bawang yang saya tanam sebelumnya, meskipun prosentase kegagalan akibat umbi busuk, daun layu dan kering masih tinggi.

Menurut beberapa teman, pada umur 60 hss bawang sudah bisa dipanen. Berhubung masih banyak daun segar, saya memutuskan menunda panen 5 sampai 7 hari.


Sampai umur 70 hss ternyata beberapa umbi yang semula hanya seukuran kuku ibu jari tumbuh membesar. Tapi di sisi lain, beberapa umbi, termasuk yang berukuran besar, justru menunjukkan gejala mulai busuk. 

Mengamati Bawang Merah (4) - 30 Hari Setelah Semai

Beberapa tanaman mulai bermasalah. Ada yang hanya layu daun, sementara umbi masih nampak segar, tapi tidak sedikit umbi yang kempes lalu kering dan ada pula yang busuk. Gejala ini terjadi pada semua kelompok benih. Tapi sampai sejauh ini hanya umbi busuk yang bisa diketahui penyebabnya.



Seluruh umbi busuk berasal dari gelas yang terbenam lebih dalam di lubang pralon. Kemungkinan besar saat meletakkan gelas di lubang, saya menekan terlalu kuat. Akibatnya, dasar gelas menjadi terlalu dekat dengan permukaan nutrisi, jadi ketika pompa hidup dasar gelas terendam selama setengah jam.

Semula saya anggap tidak bakal jadi masalah, karena menurut perkiraan saya setelah pompa mati sekam bakar yang terendam bisa cepat kering. Ternyata tidak.

Sampai umur 30 hss tercatat 13 umbi tidak bisa bertahan. 3 benih dari berbagai kelompok A, C dan K kempes, 1 pot dari kelompok A layu, dan sisanya 9 benih dari kelompok A dan C busuk.


Kondisi nutrisi berfluktuasi antara 860 ppm sampai 1100 ppm. Sebagian besar fluktuasi terjadi akibat perbedaan kadar air baku, antara air hujan (rata-rata 7 ppm) dengan air sumur (213 ppm).


BERSAMBUNG

21/03/15

Mengamati Bawang Merah (3) - SEMAI

1 Maret 2015 benih mulai ditanam satu persatu. Supaya gampang diamati, satu gelas plastik diisi satu benih, dan setiap gelas saya beri label.



Sesuai kebiasan petani bawang, semua umbi dipangkas pada bagian pucuknya supaya lebih cebat bertunas. Tapi saat ditanam semua benih hanya saya taruh begitu saja di atas permukaan sekam bakar, tidak ditimbun.

Berdasar pengalaman sebelumnya, umbi yang ditanam di bawah permukaan atau dibenamkan terlalu dalam akan mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga kelak umbinya tidak bisa maksimal.
Pada pengamatan kali ini saya tetap menggunakan sistem wick. Bawang ditanam di gelas plastik dengan media sekam bakar, dan bagian dasar gelas diberi sumbu. Selama masa semai sebagian gelas plastik saya masukkan ember bekas es krim dengan populasi empat sampai lima gelas per ember dan sebagian yang lain ditaruh di ember besar.

Ember dibiarkan terbuka, sehingga benih terkena bias sinar matahari. Sehari dua kali bagian atas disemprot air dan bagian dasar ember ditambahkan sedikit larutan nutrisi sekedar menjaga sumbu tetap basah.


Mengapa larutan nutrisi, bukan air biasa? Pada penelitian sebelumnya sudah dicoba menggunakan air biasa. Sekarang giliran menggunakan nutrisi. Barangkali ada perbedaan signifikan, terutama karena pada penelitian kali ini semua benih bakal mengalami kondisi diluar kebiasaan.

Proses penanaman benih saya lakukan selama 2 tahap. Yang pertama saya lakukan tanggal 1 Maret, mulai setelah magrib sampai jam 21.00. Tahap kedua tanggal 3 Maret pada waktu yang sama.

Proses semai cukup menyita waktu karena setiap benih harus ditimbang dan difoto terlebih dahulu. Bawangnya tidak ada masalah, tapi pinggang saya pegel. Jadi terpaksa pakai isttirahat. Tanggal 2 tidak semai karena saya harus ketemu konsultan pajak.

Tidak ada urusannya antara konsultan pajak dengan semai bawang merah, dan saya juga bukan orang bijak yang taat pajak, tapi bawang merahnya terpaksa ditinggal karena saya harus menyelesaikan laporan pajak tahunan terlebih dahulu.

Sampai tanggal 3 malam secara keseluruhan semua berlangsung wajar, kecuali ada satu benih yang ternyata bertunas lebih cepat. Dan benih ini justru berasal dari kelompok K.

Berdasar pengamatan saat itu dan catatan kondisi benih, untuk sementara saya menyimpulkan, meskipun kondisi fisik benih saat semai tergolong buruk - kecil, tidak kering, bahkan sudah mulai empuk, kemungkinan besar benih itu memang sudah saatnya keluar tunas. Sehingga tunas yang keluar pada 2 hss itu bukan sesuatu yang diluar kewajaran - meskipun kondisi itu kemudian membuat saya memberi perhatian khusus.



10/03/15

Mengamati Bawang-Merah (2) - PERSIAPAN

Saya membagi benih dalam 4 kelompok. Benih yang saya anggap bagus, kering, fisik  umbi segar, ukuran besar,  masuk kelompok A. Berikutnya kelompok B terdiri dari umbi dengan kondisi fisik segar tapi tidak kering.

Sisa dari umbi yang tidak terpilih saya pisah lagi. Umbi yang kecil, tidak kering dan beberapa sudah tidak segar lagi, masuk kelompok C. Dan terakhir, umbi dengan kondisi fisik campur aduk, ada yang layu, hampir busuk, atau terlalu kering -  Pokoknya bisa membuat petani bawang tulen merinding, saya masukkan kelompok K.


Semula saya berniat menanam benih  kelompok A dan B terpisah dari C dan K, supaya benih yang bagus tidak tercemar parameter buruk yang ada pada kelompok C dan K. Tapi kemudian saya justru pengin tahu, apa jadinya kalau semua ditanam dalam satu modul menggunakan nutrisi yang berasal dari satu tandon?

Perkembangan selanjutnya saya punya gagasan menambahkan tanaman-tanaman lain yang kondisinya tidak sehat ke dalam instalasi bawang-merah. Saya pikir, kepalang tanggung. Kalau mau membuat penelitian, sekaligus diberi kondisi extrem saja, sehingga saya bisa mengamati lebih banyak parameter.

Tanggal 28 Februari 2015, gerombolan bawang-merah yang bakal mengalami siksaan luar biasa itu saya kumpulkan dalam wadah terpisah. Bukan basa-basi dan tidak ada urusannya dengan kepercayaan apapun, saya hanya merasa perlu minta maaf.

Sambil nunggu media semai siap, seluruh benih digelar, diangin-anginkan dan disembur air dengan semprotan halus. Untuk apa? Saya hanya mengikuti naluri saja. Tapi apapun yang saya lakukan mulai saat itu, semua dicatat. Termasuk temperatur ruang, kelembaban udara dan jarak masing-masing ember semai dengan lampu dan ruang terbuka.  


06/03/15

Bawang Merah - Pengamatan Selanjutnya

Setelah bawang-merah kelompok tanam pertama dipanen, saya jadi tambah penasaran. Beberapa orang tetap tidak percaya bawang-merah bisa tumbuh secara hidroponik murni dan menuduh saya merekayasa foto-foto yang saya upload di fesbuk.


Bodo amatlah, mau dipercaya atau tidak, terserah. Saya bekerja untuk diri sendiri, bukan untuk melayani opini orang lain. Jadi, program kenalan dengan bawang-merah tetap saya lanjutkan.

Supaya hasil kenalan itu nantinya lebih akurat, maka saya menanam benih lebih banyak. Kali ini saya semai 112 benih, terdiri dari 48 benih pilihan (kelompok A), 20 benih kategori bagus (kelompok B), 24 benih tidak layak tanam (kelompok C), dan 20 benih tanpa harapan (kelompok K). Termasuk kelompok tanpa harapan ini adalah umbi-umbi yang empuk, layu, atau hampir busuk.

Dari seluruh benih itu 89 disemai langsung tanpa perlakuan khusus, 23 sisanya, masing-masing 6 umbi untuk kelompok A, C, K, dan 5 umbi untuk kelompok B, terlebih dahulu direndam Bionet selama 7 jam.

Mengenai pemakaian Bionet, saya tidak punya tujuan apa-apa kecuali sekedar nuruti rasa penasaran saja. Kalaupun hasilnya tidak bagus, juga tidak masalah, karena benih yang saya semai kali ini bukan benih beneran, melainkan bawang hasil nyomot dari dapur.

Sebelum disemai, semua benih ditimbang dan difoto. Saya pengin tahu secara detail, benih seperti apa yang bisa tumbuh baik dan menghasilkan umbi yang bagus.

Semaian pertama dilakukan tanggal 1 Maret 2015, mulai lepas magrib sampai jam 21.00. Agak lama karena gelas semai masih belum siap. Sumbu belum dipasang, sebaknya juga masih numpuk di ember.

Dalam jangka waktu 3 jam itu berhasil disemai 23 benih yang direndam Bionet dan 14 benih kelompok K. Sisanya disemai tanggal 3 Maret jam 19.00 sampai 21.00.

Jangan ditanya, apakah jam semai juga berpengaruh? Saya juga tidak tahu. Pokoknya apapun yang bisa diamati dicatat. Perkara nanti tidak relevan, urusan belakang.  




23/01/15

Bawang Merahku yang Pertama

Setelah gagal dengan Bawang Merah vertikultur, saya beralih ke Hidroponik. Tapi gara-gara belum paham benar pakem Hidroponik sementara semangat terlanjur menggebu, terpaksa saya ambil jalan pintas memakai jurus ngawur. Benih bawang-merah asal comot dari dapur dan cara semainya seenak udel.

Hebatnya, meskipun diperlakukan sadis begitu benihnya bisa tumbuh subur. Delapan belas umbi seluruhnya berunas. Sayang, bolongan di paralon hanya tersisa delapan. Terpaksa hanya delapan tunas yang dipelihara, sisanya dbiarkan mati merana.

Masuk minggu ke 3 bakal bawang merah mulai terlihat. Kebetulan umbi-umbi baru itu seluruhnya tumbuh di atas permukaan media tanam, sehingga saya bisa leluasa mengamati perkembangannya dari hari ke hari.

Tapi jangan ditanya fotonya. Meskipun selalu nenteng tablet dan smartphone, saya baru ingat memotret setelah umbi-umbinya kelihatan gede. Itupun sebenarnya tidak sengaja, karena awal mulanya saya hanya berniat memotret ulat.

Berikut ini beberapa foto setelah masuk minggu ke 6. Tepatnya 38 hari setelah semai.



  




Keterangan Foto dari atas ke bawah:

  1. Umbi ditanam pada gelas plastik dengan diameter penampang gelas 6 cm.
  2. Umbi ditanam pada gelas dengan diameter penampang 5 cm
  3. Umbi ditanam di gelas aqua.
  4. Media tanam hanya diisikan sampai separo tinggi gelas.
Kesimpulan sementara :

Diameter penampang gelas plastik pada level umbi tumbuh mempengaruhi ukuran umbi.  Begitu pula dengan jarak permukaan media dengan bibir gelas. Semakin jauh, ukran umbi juga semakin kecil.

Update 28 Februari 2015:



Umbi di gelas aqua mengalami percepatan pertumbuhan, sehingga ukurannya hampir sama dengan umbi yang tumbuh di gelas besar dan tanggung.