Serius, jangan salah sangka, yang saya sebut kebon adalah
sepetak lahan ukuran 4x9 meter persegi, tempat saya dan anak-istri belajar jadi
petani, jualan, menerima tamu, berbagi pengalaman dan berantem dengan
hama.
Sebenarnya yang pengin dijual hanya produk kebon saja. Tapi
berhubung ada permintaan, akhirnya dagangan ditambah, mulai dari Rockwool, disusul
Nutrisi, terus nambah Netpot dan kain Flanel. Maunya stop sampai di situ saja,
tapi entah kenapa lalu datang order bikin Modul Hidroponik.
Seneng juga punya penghasilan tambahan, hanya saja saya jadi
harus mikir pajaknya. Bukan sok bijak, cuma kapok saja, bolak-balik ditagih
pajak gara-gara ketahuan punya penghasilan yang (sengaja) lupa tidak
dilaporkan.
Masalahnya, pajak penghasilan yang berasal dari kerja
serabutan jatuhnya lebih berat ketimbang kalau saya terang-terangan jadi pengusaha.
Jadi, ketimbang ketiban apes gara-gara salah menghitung pajak, saya memilih mengibarkan
bendera saja sekalian.
Saya memakai identitas Kebon Hidroponik Emak, bukan tjakDoel atau Hidroponik Yuni, untuk membedakan antara aktifitas komersial dengan yang
non profit. Sekedar antisipasi saja, barangkali suatu saat nanti dapat surat
dari Ditjen Pajak (DJP), diminta klarifikasi, tidak sulit mencari dokumen
pendukungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar