Diantara yang berkunjung ke rumah, ada yang merasa mendapat
manfaat dan terus belajar hidroponik bareng saya, tapi tidak sedikit pula yang
komplain, “Sampeyan tidak memberi motivasi, malah membuat takut.”
Saya bukan pakar Hidroponik, hanya praktisi hobby, juga
masih belajar. Kebun cuma sak ndulit, hanya seluas meja ping pong. Belum punya kisah
sukses dan tidak ada kebon cantik yang bisa dipamerkan.
Hanya ada cerita seru ketika petak umpet dengan hama,
asyiknya main akrobat untuk menjaga supaya larutan nutrisi bisa diserap
maksimal oleh tanaman, dan obrolan kecut ketika menawarkan sayur yang hanya
beberapa ikat tapi respon calon pembelinya jauh di luar perkiraan.
”Gua berani 40 ribu sekilo, bisa setor berapa kuintal
sehari?”
Seandainya saya sudah pinter manajemen kebun, tidak ada hama
ngajak guyonan dan pH nutrisi tidak rajin naik turun, maksimal kebun saya hanya
mampu panen 2 Kg per hari, sementara tantangannya kuintalan. Tidak perlu pakai
dietpun gula darah saya bakal ndlosor karena ngenes.
Kalau ditanya, berapa yang saya hasilkan dari kebun, bisa
saya jawab “banyak” - karena menurut saya memang banyak. Tapi jangan tanya
berapa penghasilan dari jual sayuran. Tidak ada cerita indah yang bisa saya
sajikan.
Bagi saya, Hidroponik adalah seni bercocok-tanam.
Sebagaimana seni, hasilnya tidak mesti berwujud uang, tapi bisa saya nikmati.
Berkat Hidroponik saya tidak lagi senewen menghadapi
repotnya ngurus pajak. Ada tempat untuk ngadem disaat otak mulai over heat.
Kalau jualan sayur tidak memberi penghasilan cukup, lalu dari
mana saya dapat duit untuk biaya kebon? Saya memang jualan perlengkapan
Hidroponik, tapi kalau dilaporkan ke pajak sebagai omset kebun, bahkan bisa
membuat tukang pajak ketawa nangis saking kecilnya.
Terus duitnya dari mana?
Dari bisnis lain, yang omsetnya terdongkrak tanpa sengaja
akibat teman bertambah.
Saya menyebut Hidroponik sebagai seni bercocok tanam karena
bisnis Hidroponik bukan semata-mata jualan sayur. Ada yang sukses menjual
perlengkapan Hidroponik, ada pula yang menjadi makmur berkat pelatihan.
Peluangnya banyak, mulai dari konsultan kebun, jasa konstruksi green house,
menjadi peracik nutrisi, jualan merchandise Hidroponik, sampai mengeruk rupiah
dari Youtube.
Jadi, kalau hanya tersedia lahan sempit, modal cupet atau
setelah panen bingung lantaran tidak bisa jualan, tidak perlu berkecil hati.
Buatlah kebun mungil yang indah, di pagar halaman, di tembok rumah, di teras
atau di mana saja tempat yang terpapar sinar matahari. Rawat dengan baik. Jadilah
seniman Hidroponik. Peluang bisnis dan rejeki akan datang dengan sendirinya.
Baca juga: Jangan Abaikan Potensi Sekecil Apapun
keren nih artikelnya
BalasHapussemkain memomtivasi untuk membuka Usaha Hidroponik Rumahan
Sangat kreatif mas'e
BalasHapus